Rabu, 25 April 2012

Solen spp(Solen vaginalis/Kerang Pisau/Kerang Bambu)




1.    Deskripsi dan klasifikasi Kerang Pisau(Solen spp)
Kerang pisau atau lorjuk (Solen  spp) merupakan anggota dari famili Solenidae. Kerang pisau memiliki cangkang yang panjang dengan dua sisi paralel, tubuhnya kecil memanjang, salah satu ujung tubuhnya berbentuk runcing seperti mata pisau, menempel dan berdiri tegak di pantai berpasir. Kadang kala lorjuk menarik badannya ke dalam pasir untuk berlindung dari musuh.  Lorjuk di beberapa negara dikenal juga dengan sejumlah nama seperti  “razor clam” atau “jackknife” karena karakteristiknya yang identik dengan pisau (Ditjen PPHP 2010).
Spesies kerang pisau (Solen  spp) disebut juga  short razor, mempunyai panjang hanya 2 atau 3 inchi (5-7,5 cm) pada pertumbuhan maksimal. Kerang jenis ini berbentuk tipis, memanjang, dan tutupnya terbuka satu sama lain. Permukaannya halus dan agak mengkilap dengan kerutan konsentris sangat redup. Morfologi kerang pisau dapat dilihat pada Gambar 1. Klasifikasi kerang pisau (Solen spp) menurut Tuaycharoen dan Matsukuma (2001) adalah sebagai berikut:
Kingdom: Animalia
Filum: Mollusca
 Sub filum: Conchifera
 Kelas: Bivalva;
Ordo: Heterodonta
 Sub ordo: Veneroida
Famili: Solenidae
Genus:  Solen
Spesies: Solen spp.


Habitat kerang pisau berupa pasir berlumpur dengan arus air laut yang lemah.  Kerang pisau  bersembunyi atau menggali secara vertikal pada substrat berpasir dan sedikit keluar pada saat pasang surut. Kerang pisau banyak ditemukan di sepanjang perairan pantai selatan Pamekasan, Madura dengan ciri pantai yang landai dan datar sehingga jika air laut surut jarak air dengan garis pantai dapat mencapai 200-300 m (Nurjanah et al. 2008).
2.    Komposisi Kimia Kerang Pisau (Solen spp)
Komposisi kimia kerang sangat beraneka ragam. Hal ini dapat tergantung pada spesies, jenis kelamin, umur, musim, dan  habitat. Kandungan gizi kerang pisau dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Kandungan gizi kerang pisau (Solen spp)
Jenis gizi

Basis basah
(bb)

Basis
kering (bk)

AKG (19-20th)

Satuan

Pria
Wanita

Kalori

61,84 kkal
349,66 kal
2550
1900
Kkal/hari
Protein
9,79 %
55,34 %
50
42
g/hari

Karbohidrat
4,95 %
27,98 %
130
100
g/kap/hari

Lemak
0,32 %
1,82 %
54
54
g/hari

Abu
2,63 %
14,87 %
~
~
~
Air
82,31 %
0
~
~
~

Sumber : Nurjanah et al. (2008)

3.    Penangkapan, Pengolahan dan Pemasaran Kerang Pisau (Solen spp)
Proses penangkapan lorjuk cukup sulit karena diperlukan alat khusus dan kelihaian nelayan. Nelayan umumnya menggunakan linggis untuk menggali pasir tempat lorjuk berada dan harus menunggu air surut. Kelompok nelayan di sekitar Pantai Kenjeran Surabaya beberapa tahun terakhir menemukan teknik baru dengan cara menaburkan serpihan batu gamping dan air sabun di area  fishing ground pada saat air pasang.  Lorjuk akan muncul sendiri ke atas permukaan \sehingga mudah ditangkap dalam waktu tidak terlalu lama (Ditjen PPHP 2010).
Lorjuk biasanya disajikan dalam bentuk olahan. Proses untuk menghasilkannya sebagai berikut: lorjuk segar hasil tangkapan dicuci bersih, direbus selama 1,5 jam hingga cangkang mengelupas sendiri. Lorjuk setelah itu dijemur selama 4 jam, dikupas dan dagingnya dikeringkan lagi selama 6 jam. Daging yang benar-benar kering dapat diolah lebih lanjut. Lorjuk biasanya digoreng atau diolah menjadi kacang goreng lorjuk, soto lorjuk, petis lorjuk, bothok lorjuk dan rengginang lorjuk (Ditjen PPHP 2010). Lorjuk memiliki rendemen kecil, namun pedagang tetap tergiur untuk terus mencari lorjuk. Alasan pedagang tetap mencari lorjuk karena nilai jual produknya sangat tinggi. Lorjuk segar hanya senilai Rp. 8000/kg, lorjuk setengah kering Rp. 80.000/kg dan lorjuk kering Rp. 280.000/kg sedangkan lorjuk goreng dipasarkan dengan harga sekitar Rp. 300.000/kg.  Kebutuhan pedagang  lorjuk sebagian besar  hanya bisa dipenuhi oleh nelayan dari lorjuk segar dan setengah kering saja, oleh karena itu keuntungan terbesar berada di tangan para pedagang tersebut. Kemampuan produksi pedagang pun tergantung pada hasil tangkap nelayan (Ditjen PPHP 2010).

FAKTA UNIK SEPUTAR AIR

           Air sering disebut sebagai sumber kehidupan.  Sebuah ungkapan yang tidak berlebihan, karena kita ketahui bahwa semua makhluk hidup memiliki ketergantungan terhadap air. Sebenarnya, apa yang membuat air begitu spesial? Berikut beberapa sifat air yang penting bagi kehidupan.   
Air mempunyai tiga fase: cair, gas, dan padatan. Dapat dengan mudah berubah fase dalam dalam rentang temperature yang ada di permukaan bumi. Siklus air global didasarkan pada tiga fase air tersebut.
Air dalam fasa padat (es) lebih ringan dibandingkan fasa cairnya. Ini merupakan anomali; secara umum, senyawa lain dalam fasa padatnya memiliki berat jenis yang lebih besar ketimbang fasa cairnya sehingga akan tenggelam. Implikasinya: Jika es lebih berat dari air, maka kita hanya memiliki sedikiit air laut! Air di daerah kutub membeku musiman, tetapi lapisan es akan meleleh selama musim panas, atau bergeser ke daerah yang lebih hangat dan meleleh di sana. Jika es lebih berat dari air, ia akan tenggelam ke bawah laut dan terisolasi dari panas sinar matahari. Dengan demikian, sebagian besar lautan akan terdiri dari lapisan es di bawah, hanya beberapa meter dari permukaan saja yang merupakan lapisan air saat musim panas. Selanjutnya hal ini akan akan sangat membatasi penguapan dan pembentukan awan, yang merupakan sumber air tawar di daratan.
Ø  Air dapat melarutkan garam dan gas tetapi dapat dengan mudah terpisah sebagai uap murni. Sinar matahari menguapkan air dari laut, tetapi garam tetap berada di laut. Hasilnya: uap air (awan) digerakkan angin menuju daratan, lalu mengembun menjadi hujan, yang merupakan sumber air tawar di daratan, lalu kembali lagi ke laut.
Ø  Air mudah melarutkan CO2 dan menjadi larutan asam yang efektif. Selain atmosfer, sumber CO2 juga terdapat pada zona akar dalam tanah. Semua batuan akan mengalami interaksi dengan air yang asam ini dan akan tererosi dan diangkut menuju laut.
Ø  Air yang mempunyai viskositas yang rendah dan tidak lengket. Akibatnya: (1) Dapat mengalir sebagai air permukaan air secara efisien. (2) Dapat menembus (infiltrasi) ke dalam tanah. (3) Mengalir melalui batuan permeabel.
Ø  Air memiliki berat cukup untuk dapat dipindahkan oleh gaya gravitasi. Akibatnya: memungkinkan adanya aliran airtanah dan runoff air permukaan.
Ø  Air memiliki berat jenis yang tepat. Hasilnya: uap air tidak keluar dari Bumi.
Ø  Air dan uap air tembus pandang. Akibatnya: sinar matahari dapat masuk melalui udara dan melalui puluhan meter kedalaman laut dan danau, sebagai energi persyaratan kehidupan.
Ø  Air termasuk gas rumah kaca. Akibatnya: air memelihara keseimbangan temperatur di Bumi.

Air merupakan senyawa kimia. Senyawa dapat diartikan sebagai gabungan dari beberapa unsur kimia (atom). Rumus kimia air adalah H2O, yang berarti gabungan dari 2 atom Hidrogen (H) dan 1 atom Oksigen (O).Gabungan dari 2 buah atom atau lebih disebut molekul.
Fenomena Air, kenapa ikan tidak membeku di air yang dingin (Nordatlantik, Antarktis), kenapa es dapat mengapung dalam air??
Ø  H2O dapat kita sebut sebagai satu molekul air.
Molekul air bersifat dipole (memiliki 2 kutub), yang bermuatan negatif di oksigen atom , dan positif pada Hidrogen atom. Sehingga terjalin ikatan antara molekul air, yang dikenal dengan ikatan Hidrogen.
Ø  Es, Ikan
 Air memiliki sifat yang unik dibandingkan dengan zat lain, umumnya benda lain memiliki masa jenis (Rho) yang besar dalam bentuk padat, tapi tidak dengan air.
 Pada suhu 4 °C air memiliki masa jenis TERBESAR, pada bentuk cair. Bila suhu diturunkan masa jenisnya kembali mengecil, Fenomena ini dikenal dengan sifat anomalie air!
 Air akan mulai membeku jika molekulnya tidak memiliki lagi cukup energi untuk melepaskan diri dari ikatan atom hidrogen (H). Pada 0°C mulailah terbentuk ikatan-ikatan yang kuat, dimana setiap atom Oksigen (O) secara tetraedris dikelilingi oleh 4 atom Hidrogen (H).
 Yang pada mulanya ikatan molekul air tidak erat, akhirnya menjadi suatu kristal yang bolong-bolong (cluster).
 Akibatnya air dalam fase padat (es) ini mengambil bentuk volume yang besar. Pertambahan volumenya hingga mencapai 10 %, masa jenisnya juga berkurang 10% (menjadi lebih ringan).
 Perbandingan struktur air dan es
 Struktur air
 Setiap molekul terhubung ke 3-4 molekul yang lain melalui ikatan hidrogen.
 Struktur es
Setiap molekul terhubung ke 4 molekul yang lain melalui ikatan hidrogen. Struktur es memiliki tingkat kepadatan/masa jenis (density) yang lebih rendah. Itulah kenapa es (padat) dapat mengapung pada permukaan air.

Karena siklus perputaran air yang dimotori oleh masa jenisnya, menyebabkan suhu didalamnya tidak kurang dari 4°C (air di dasar laut tidak akan membeku). Hal ini menyebabkan kenapa ikan masih dapat hidup dalam suhu air, walaupun permukaanya telah membeku.
SUMBER :


Rumput Laut (Seaweed)


PEMANFAATAN RUMPUT LAUT
1.    1. Pembuatan Agar-agar Kertas dari Rumput Laut Gracilaria
·         Bahan baku
            Bahan baku yang digunakan untuk mengolah agar kertas biasanya adalah rumput laut jenis Gracilaria yang juga dikenal sebagai agar merah, yaitu jenis Gracilaria alam yang banyak dijumpai di Pantai Selatan P. Jawa dan Bali. Jenis rumput luat lain yang digunakan adalah rumput laut jenis Gracilaria dari hasil bididaya di tambak. Jenis rumput laut agar merah dapat di gunakan sendiri atau dicampur dengan Gracilaria tambak sendiri biasanya menghasilkan agar-agar yang lembek sehingga sulit dilakukan preparasi. Oleh karena itu, untuk memperkuat gel agar-agar yang terbentuk, Gracilaria tambak di campur dengan agar merah dengan perbandingan tertentu. Ciri-ciri kedua jenis rumput laut ini sebagai berikut:
 * Rumput laut agar merah berwarna tua sampai kehitaman, agak kusam, talus agak panjang, cukup kering tetapi agak lembab (kadar air sekitar 40%), biasanya banyak tercampur kotoran (pasir, garam, karang, kulit kerang, rumput laut lain, benda asing lain).
 * Rumput Gracilaria tambak biasanya berwarna hijau gelap, kehijauan sampai keputih-putihan agak kusam, talus kecil dan panjang sehingga sering disebut bulu kambing, cukup kering (kasar) atau agak lembab, dan biasanya hanya sedikit tercampur kotoran (tanah, lumpur, pasir, benda asing lain).
·         Bahan pembantu
Bahan bantu utama yang diperlukan dalam pengolahan agar-agar kertas adalah:
 * Air bersih untuk pencucian dan perebusan.
 * Kapur tohor atau kapur bubuk (diperoleh dengan menambahkan air ke kapur gamping) untuk pemucatan rumput laut.
 * Kalium khlorida (KCI) teknis untuk proses penjendalan agar-agar.
 * Bahan bantu lain, misalnya bahan bakar (minyak, kayu) untuk perebusan.
·         Peralatan
Peralatan yang diperlukan juga cukup sederhana, yaitu peralatan untuk: perendaman, pencucian, dan pemucatan rumput laut, perebusan dan penyaringan hasil ekstraksi, penjendelan, pemotongan, pembungkusan, dan pengepresan agar-agar, penjemuran dan pengepakan produk agar-agar kertas kering.
·         Pembersihan
Ada tiga perlakuan dalam tahap ini, yaitu perendaman, pencucian, dan sortasi. Rumput laut agar merah kering direndam dalam air bersih sekitar 2 jam, sedangkan untuk campuran agar merah dan Gracilaria tambak direndam 1 malam. Rumput laut diremas-remas sambil disortasi untuk memisahkan kotoran (pasir, karang, jenis rumput laut lain, dsb), kemudian dibilas sampi bersih.
·         Pemucatan
Setelah pembersihan, dilakukan pemucatan dengan cara merendam rumput laut di dalam larutan kapur 0,5% selama 5-10 menit. Rumput laut kemudian dicuci sambil diremas-remas, dibilas dengan air bersih, ditiris dan dijemurdi di panas matahari sampai kering. Ketika dijemur tersebut terjadi proses pemucatan sehingga rumput laut menjadi lebih putih. Setelah itu, rumput laut direndam kembali dengan air bersih selama semalam, dicuci sambil daremas-remas dan dibilas sampai rumput laut/bau kapur.
·         Ekstraksi dengan perebusan
Selanjutnya rumput laut diekstraksi. Ekstraksi agar merah dilakukan dalam dua tahap dengan direbus dengan air dengan total air perebusan sebanyak 20 kali berat rumput laut kering. Perebusan pertama dilakukan dengan air perebus 14 kali berat kering selama 2 jam (suhu 850-950C, pH 6-7) sambil diaduk. Hasil perebusan disaring dengan kain saring dan ampasnya diekstrak lagi selama 1,0 jam dengan air perebus 6 kali berat rumput laut kering. Hasil perebusan disaring, ampas dibuang, dan filtratnya dicampurkan ke filtat hasil penyaringan pertama. Campuran ini lalu diendapkan untuk memisahkan kotoran halus yang masih ada.
            Ekstraksi rumput laut campuran dilakukan sekali dengan menggunakan air perebus sebanyak 12 kali berat kering campuran rumput laut. Ekstraksi dilakukan selama 2 jam pada suhu 80-850 dan pH 4,5. Hasil perebusan lalu dan diendapkan.
·         Penjendalan
Setelah pengendapan, dilakukan penjedelan dengan menambahkan bahan penjendalan (KCI atau KOH0 sambil dipanaskan selama 15 menit dan terus diaduk. Untuk hasil ekstraksi rumput laut agar merah digunakan bahan penjendal 2-3% KOH atau KCI, sedangkan hasil ekstraksi campuran rumput laut dengan 2,5% KCI. Hasilnya dituang ke dalam pan pencetak dan dibiarkan selama sampai agar-agar menjendal cukup keras.
·         Pemotongan dan pengepresan
Kemudian agar-agar yang diperoleh diiris tipis dengan alat pemotong agar dengan ketebalan 8-10 mm. Tiap irisan dibungkus kain dan disusun dalam alat pengepres dan dilakukan pengepresan untuk mengeluarkan air dari agar-agar dengan beban pengepres ditambah secara bertahap. Pengepresan dihentikan jika lembaran agar-agar dudah cukup tipis. Jika agar-agar belum cukup tipis, pengepresan dilanjutkan dengan menambahkan beban secara bertahap.
·         Pengeringan
Selanjutnya lembaran agar-agar hasil pengepresan yang sudah tipis tersebut dijemur di panas matahari sampai kering berikut kain pembungkusny. Selama penjemuran agar-agar dibalik-balik sampai agar benar-benar keting.
·         Sortasi dan pengemasan
Setelah kering benar, agar-agar dilepas satu persatu dari kain pembungkus. Agar-agar kering disortasi untuk memisahkan yang rusak, sobek, dan kotor sekaligus dilakukan pengelompokan mutunya. Agar-agar kertas dikemas dalam kantong plastik, atau tergantung perinitaan pasar.
·         Produk akhir
Jumlah agar kertas yang diperoleh dari hasil pengolahan (rendemen) dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya mutu rumput laut yang digunakan. Dari hasil pengolahan rumput laut agar merah biasany dapat diperoleh rendemen 20-25% dari berat rumput laut.

2.    Gelidium sp sebagai Bahan Baku Pembuatan Agar-Agar dan kertas
Ø  Proses Pembuatan Agar-Agar
Pembuatan agar secara komersial adalah dengan cara menggunakan airpanas yang dilanjutkan dengan proses pembekuan dan thawing.
Mula-mula rumput laut direndam dan dicuci dengan air tawar dan diekstrak dengan airmendidih. Kalsium hipoklorit atau sodium bisulfit digunakan untuk memutihkanagar yang dihasilkan. Ekstrak yang dihasilkan kemudian disaring dalam keadaanpanas dan residu diekstrak lagi satu atau dua kali. Ekstraksi yang dihasilkanmenjadi dingin, membentuk gel kemudian dibekukan. Setelah itu gel bekudilelehkan, dikeringkan, digiling dan dikemas (Glicksman, 1982).Kualitas agar-agar yang berasal dari Gelidium lebih tinggi dibanding dari Gracilaria.Kekuatan gel dari agar-agar berhubungan dengan perbandinganagarosa terhadap agaropektin yang terkandung dalam agar. Pada umumnya genus Gracilaria memiliki perbandingan agarosa terhadap agaropektin sekitar 20 : 1 jauh lebih besar daripada genus Gelidium yang sekitar 5 : 1, sehingga gel dari Glacilaria lebih kuat dan kokoh.(Salamah, 2005)  
Ø  Proses Pembuatan Kertas
1.      Proses pembuatan kertas dari rumput laut, tidak berbeda dari pembuatankertas dari kayu. Ada lima proses pokok
2.      Penyiapan bahan bakuProses produksi dimulai dari panen rumput laut merah, kemudiandijemur, dibersihkan, dan dipotong-potong.(2)
3.      Pemasakan rumput laut Lalu, rumput laut dimasukan dalam tungku dan dimasak pada suhutinggi (boiling).(3)
4.      Ekstraksi rumput lautKemudian, pemasakan pada suhu tinggi mengakibatkan keluarnya ekstrak ”inti” berupa agar untuk pangan.
5.      PemutihanAmpas rumput laut yang telah diambil agarnya kemudian diputihkan(bleaching) lalu dihancurkan jadi bubur rumput laut merah (pulp).(5)
PencetakanBubur rumput laut merah inilah yang kemudian diolah lalu dicetak jadikertas.(Haryo, 2007) 2.5.2 Kelebihan Kertas Dari Gelidium sp. Dibandingkan dengan Kertas DariKayu
Kunci sukses transformasi rumput laut jadi kertas, adalah ditemukannyaserat atau fiber. Bila kayu mengandung serat selulosa, rumput laut mengandungserat agalosa selebar 3-7 mikrometer dan panjang 0,5-1 milimeter, denganfleksibilitas tinggi, tiada jejak lignin, dan mengandung substansi perekat cair.
MENGENAL RUMPUT LAUT
Pengertian Rumput Laut
Seaweed dalam dunia perdagangan dikenal sebagai rumput laut, namun sebenarnya dalam dunia ilmu pengetahuan diartikan sebagai alga (ganggang) yang berasal dari bahasa latin yaitu algor yang berarti dingin. Ganggang laut adalah tanaman tingkat rendah yang tidak memiliki perbedaan susnan kerangka seperti akar, batang, dan daun. Meskipun wujudnya tampak seperti ada perbedaan, tetapi sesungguhnya merupakan bentuk thallus belaka. Bentuk thallus ganggang laut bermacam – macam, ada yang bulat seperti tabung, kantung, rambut, dan sebagainya (Duddington, 1971).
            Menurut Atmadja W. S dkk (1996), rumput laut yang dalam bahasa Inggris disebut “seaweed” adalah alga makro yang bersifat bentik dan termasuk tumbuhan tingkat rendah (Thallophyta). Tumbuhan tersebut mempunyai sistem morfologi dan reproduksi tersendiri yang umumnya berbeda dengan tumbuhan tingkat tinggi (tumbuhan berbunga) yang biasa hidup di darat.
 Rumput laut merupakan ganggang yang hidup di laut dan tergolong dalam divisio thallophyta. Keseluruhan dari tanaman ini merupakan batang yang dikenal dengan sebutan thallus, bentuk thallus rumput laut ada bermacam-macam ada yang bulat seperti tabung, pipih, gepeng, bulat seperti kantong, rambut dan lain sebagainya. Thallus ini ada yang tersusun hanya oleh satu sel (uniseluler) atau banyak sel (multiseluler) (Soegiarto et al, 1978).
 Rumput laut jenis Kappaphycus alvarezii merupakan salah satu carragaenophtytes yaitu rumput laut penghasil karagenan, yang berupa senyawa polisakarida. Karagenan dapat terekstraksi dengan air panas yang mempunyai kemampuan untuk membentuk gel. Sifat pembentukan gel pada rumput laut ini dibutuhkan untuk menghasilkan pasta yang baik, karena termasuk ke dalam golongan Rhodophyta yang menghasilkan florin starch (Winarno 1990).
Morfologi Rumput Laut
Rumput laut tergolong tanaman berderajat rendah, umumnya tumbuh melekat pada
 substrat tertentu, tidak mempunyai akar, batang maupun daun sejati, tetapi hanya menyerupai batang yang disebut thallus. Bentuk thallus ini beragam, ada yang bulat seperti tabung, pipih, gepeng, bulat seperti kantong, atau ada juga yang seperti rambut. Rumput laut tumbuh di alam dengan melekatkan diri pada karang, lumpur, pasir, batu dan benda keras lainnya. Selain benda mati, rumput lautpun dapat melekat pada tumbuhan lain secara epifitik (Jana-Anggadiredjo, 2006).
 Bentuk morfologi dari Kappaphycuss alvarezii tidak mempunyai perbedaan susunan
 kerangka antara akar, batang, dan daun. Keseluruhan tanaman ini merupakan batang yang dikenal sebagai talus (thallus). Thallus ada yang berbentuk bulat, silindris atau gepeng bercabang-cabang. Rumpun terbentuk oleh berbagai sistem percabangan ada yang tampak sederhana berupa filamen dan ada pula yang berupa percabangan kompleks. Jumlah setiap percabangan ada yang runcing dan ada yang tumpul. Permukaan kulit luar agak kasar, karena mempunyai gerigi dan bintik-bintik kasar. Kappaphycuss alvarezii memiliki permukaan licin, berwarna coklat tua, hijau coklat, hijau kuning, atau merah ungu. Tingginya dapat mencapai 30 cm. Kappaphycuss alvarezii tumbuh melekat ke substrat dengan alat perekat berupa cakram. Cabang-cabang pertama dan kedua tumbuh membentuk rumpun yang rimbun dengn ciri khusus mengarah ke arah datangnya sinar matahari. Cabang-cabang tersebut ada yang memanjang atau melengkung seperti tanduk (Aslan, 1995).
 Percabangan talus ada yang dichotomus (dua-dua terus-menerus), pinnate (dua-dua berlawanan sepanjang talus utama), pectinate (berderet searah pada satu sisi talus utama), ferticillate (berpusat melingkar aksis atau batang utama), dan yang sederhana tanpa percabangan.substansi talus juga bervariasi, ada yang gelatinous (lunak seperti gelatin), calcareous (keras diliputi atau mengandung zat kapur), cartilagenous (seperti tulang rawan), dan spongious (berserabut). Semua sifat talus itu membantu dalam pengenalan jenis atau pengklasifikasian spesies (Poncomulyo, dkk.2006).
Klasifikasi Rumput Laut
Sebagian besar alga laut berwarna indah dan ada yang bercahaya. Pigmen – pigmen dari kromatophor menyerap sinar matahari untuk fotosintesis. Berdasarkan warna yang dimiliki masing – masing alga ini dibagi menjadi beberapa kelas, yaitu :
             1. Alga Merah (Rhodophyceae)
            Menurut Aslan (1991) Rhodophyta memiliki ciri – ciri umum sebagai berikut :
 o Thalli (kerangka tubuh tanaman) bulat silindris atau gepeng
 o Berwarna merah, merah – coklat, hijau – kuning
 o Bercabang selang – seling tidak teratur di atau tricotomus
 o Memiliki benjolan (bulat nodule) dan duri – duri atau spines
 o Substansi thalli gelatinous dan atau kartilagenous
             Alga pelekat (holdfast) terdiri dari perakaran sel tunggal atau sel banyak. Alga dari divisi ini memilki pigmen fikobilin yang terdiri dari fikoeritrin (berwarna merah) dan fikosianin (berwarna biru), bersifat adaptasi kromatik, yaitu memilki penyesuaian antara proporsi pigmen dengan berbagai kualitas pencahayaan dan dapat menimbulkan berbagai warna pada thalli, seperti merah tua, merah muda, pirang, coklat, kuning, dan hijau. Dalam dinding selnya terdapat selulosa, agar, carrageenan, porpiran, dan selaran (Aslan, 1998).
 Contoh : Euchema cottoni    
            2. Alga Coklat (Phaeophyceae)
            Warna alga ini umumnya coklat. Mempunyai pigmen klorofil a dan c, beta karoten, violasantin, dan fukosantin. Alga coklat ini hampir semuanya merupakan tumbuhan laut dan hanya sedikit yang hidup di air tawar yang diantaranya berukuran sangat besar. Alga coklat berupa tumbuh – tumbuhan bercabang berbentuk benang kecil yang halus (ectocarpus), bertangkai pendek dan berthallus lebar (Copstaria, Alaria, dan Laminaria), bentuknya bercabang banyak (Fucus, Agregia) dan dari Pasifik terdapat alga berukuran raksasa dengan tangkai yang panjang dan daunnya seperti kulit yang panjang (Nereocystis, Pelagophycus, Macrocystis), berbentuk rantai seperti sosis yang kopong dan kasar, dan panjangnya 30 cm atau lebih.
            3. Alga Hijau (Chlorophyceae)
             Alga ini berwarna hijau, Chlorophyceae merupakan kelompok alga yang berwarna hijau rumput. Sel – selnya mengandung satu sampai beberapa buah kloroplas. Pigmen fotosintetik yang terdapat di dalam plastida terdiri dari klorofil dan b yang jumlahnya sangat banyak sehingga menutupi pigmen lainnya, yaitu karoten dan xanthofil sehingga alga ini berwarna hijau (Soenardjo, 2001).
 Alga kelas ini juga mempunyai bentuk yang sangat beragam, tetapibentuk umum yang djumpai bentuk filamen dengan septa atau tanpa septa, dan berbentuk lembaran (Romimohtarto, 2001)
Sedangkan menurut Soelistyo (1987), rumput laut terbagi atas empat kelas yaitu :
 1. Chlorophyceae
 Umumnya berwarna hijau karena sel-selnya mengandung khlorofil a dan b serta sedikit karoten. Tumbuh di daerah pasang surut yang sering mengalami kekeringan, daerah dangkal dengan penetrasi cahaya matahari tinggi hingga ke dasar.
 2. Phaeophyceae
 Tumbuhan berwarna kuning kecoklatan karena sel-selnya banyak mengandung klorofil a dan c. Tumbuh pada daerah pasang surut yang lebih dalam dari daerah tumbuh Chlorophyceae.
3.Rhodophyceae
Berwarna merah, coklat, nila, hijau. Sel-selnya banyak mengandung fikoeritrin.
 4. Cyanophyceae
 Umumnya berwarna ungu. Sel-selnya terdiri dari pigmen fikosianin. Mudah tumbuh pada daerah yang lembab Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan untuk menentukan divisi dan mencirikan kemungkinan filoginetik antara kelas secara khas digunakan komposisi plastida, pigmen, struktur karbohidrat dan komposisi dinding sel.
Komposisi Kimia Rumput Laut
             Komposisi kimia rumput laut bervariasi antar individu, spesies, habitat,kematangan dan kondisi lingkungannya. Kandungan rumput laut segar adalah air yang mencapai 80-90 %, sedangkan kadar protein dan lemaknya sangat kecil. Walaupun kadar lemak rumput laut sangat rendah, tetapi susunan asam lemaknya 6 sangat penting bagi kesehatan. Lemak rumput laut mengandung asam lemak omega-3 dan omega-6 dalam jumlah yang cukup tinggi. Kedua asam lemak ini merupakan asam lemak yang penting bagi tubuh, terutama sebagai pembentuk membran jaringan otak, syaraf, retina mata, plasma darah dan organ reproduksi. Dalam 100 gram rumput laut kering mengandung asam lemak omega-3 berkisar 128-1.629 mg dan asam lemak omega-6 berkisar 188-1.704 mg (Winarno 1990).
Tabel 1. Komposisi kimia rumput laut Kappaphycus alvarezii
Bahan Kimia
Komposisi
Air
Protein
Lemak
Abu
Serat makanan tidak larut
Serat makanan larut
Total serat makanan
Mineral Zn
Mineral Mg
Mineral Ca
Mineral K
Mineral Na
83,3 (%)
0,7 (%)
0,2 (%)
3,4 (%)
58,6 (%)
10,7 (%)
69,3 (%)
0,01 (mg/g)
2,88 (mg/g)
2,80 (mg/g)
87,10 (mg/g)
11,93 (mg/g)

            Rumput laut mengandung berbagai jenis mineral makro dan mikro dalam perbandingan yang baik untuk nutrisi. Winarno (1990) menyatakan bahwa kandungan gizi terpenting dari rumput laut terletak pada trace element terutama iodium. Sumbangan gizi yang cukup bermakna dari rumput laut, terutama dari jenis merah dan coklat, adalah kandungan mineral (trace element), seperti K, Ca, P, Na, Fe dan Iodium
Siklus Hidup dan Repoduksi Rumput Laut
Reproduksi Rumput Laut menurut Aslan, 1998 dibedakan menjadi 3 pola, yaitu :
 a) Reproduksi generatif (seksual) dengan gamet
 Ada tiga tipe daur hidup dalam reproduksi seksual algae (Aslan,1998), yaitu :
 •Haplobantik, yaitu hanya ada satu individu kehidupan bebas (satu frase) yang terlibat dalam daur hidup. Keadaan ini dapat dinyatakan sebagai Haplobantik haploid disingkat Hh. Dalam hal ini kromosom pada individu tersebut adalah haploid. Reproduksi semacam ini banyak terdapat pada algae hijau.
 •Haplobiontik diploid, disingkat Hd. Dalam hal ini individu yang melakukan daur hidup adalah diploid. Meiosis terjadi pada gamet (gametik meiosis) yang berkembang menjadi individu dewasa. Tipe reproduksi semacam ini banyak terdapat pada alga hijau yang menyerupai sifon dan pada algae coklat.
 •Diplobiontik, disingkat D, h + d. Dalam proses pembiakan terdapat dua individu (fase) yang terlibat dalam daur hidup yaitu gametophyt (gametofit) haploid yang menghasilkan gamet dan sporophyte (sporofit) diploid yang menghasilkan spora. Tipe reproduksi semacam ini umumnya terdapat pada algae hijau, coklat dan merah.
b) Reproduksi vegetatif (aseksual) dengan spora
 Pada algae, reproduksi aseksual berupa pembentukan suatu individu baru melalui perkembangan spora, pembelahan sel dan fragmentasi. Pembiakan dengan spora berupa pembentukan gametofit dari tetraspora yang dihasilkan dari tetrasporofit. Tipe pembiakan ini umumnya terdapat pada algae merah (Aslan,1998).
c) Reproduksi fragmentasi dengan potongan thallus (stek)
 Dalam usaha budidaya rumput laut, misalnya marga Eucheuma dan Gracilaria, umumnya dilakukan dengan penyetekan (pemotongan thalli) sebagai bibit untuk dikembangbiakan secara produktif. Dalam hal ini, dari rumpunan thalli algae dibuat potongan-potongan dengan ukuran tertentu untuk dijadikan bibit (Aslan,1998).
Habitat Rumput Laut
Pertumbuhan/Penyebaran dipengaruhi oleh toleransi fisiologi biota tersebut untuk beradaptasi terhadap faktor lingkungan seperti; substrat, salinitas, temperatur, intensitas cahaya, tekanan dan nutrisi.Tumbuh di perairan dangkal sebatas masih menerima cahaya matahariBersifat benthic melekatkan diri (Thallus) pada substrat pasir, karang, fragmen karang mati dll.Sebaran rumput laut yang tumbuh alami (Wild Stock) terdapat di hampir seluruh perairan laut Indonesia yang memiliki rataan terumbu karang
Wilayah Sebaran Rumput Laut di Indonesia.
Gulma laut atau rumput laut merupakan salah satu sumber daya hayati yang terdapat di wilayah pesisir dan laut. Istilah "rumput laut" adalah rancu secara botani karena dipakai untuk dua kelompok "tumbuhan" yang berbeda. Yang dimaksud sebagai gulma laut adalah anggota dari kelompok vegetasi yang dikenal sebagai alga("ganggang").
Sumber daya ini biasanya dapat ditemui di perairan yang berasosiasi dengan keberadaan ekosistem terumbu karang. Gulma laut alam biasanya dapat hidup diatas  substrat pasir dan karangmati. Di beberapa daerah pantai di bagian selatan Jawa dan pantai barat Sumatera, gulma lautbanyak ditemui hidup di atas karang-karang terjal yang melindungi pantai dari deburan ombak.  Di pantai selatan  Jawa Barat dan Banten misalnya, gulma laut dapat ditemui di sekitar pantai Santolo dan Sayang Heulang di Kabupaten Garut atau di daerah Ujung Kulon Kabupaten Pandeglang. Sementara di daerah pantai barat Sumatera, gulma laut dapat ditemui di pesisir barat Provinsi Lampung sampai  pesisir Sumatera utara dan Aceh/Nanggroe Aceh Darussalam.
Selain hidup bebas di alam, beberapa jenis gulma laut juga banyak dibudidayakan oleh sebagian masyarakat pesisir Indonesia. Contoh jenis gulma laut yang banyak dibudidayakan diantaranya adalah Euchema cottonii   dan Gracilaria spp. Beberapa daerah dan pulau di Indonesia yang masyarakat pesisirnya banyak melakukan usaha budidaya gulma laut ini di antaranya berada di wilayah pesisir KabupatenAdministrasi Kepulauan Seribu,Provinsi Kepulauan Riau, Sulawesi,Maluku Pulau Lombok  dan Papua.
         Wilayah sebaran jenis rumput laut ekonomis penting di Indonesia, tersebar diseluruh kepulauan.Untuk rumput laut yang tumbuh alami ( wild stock) terdapat di hampir  seluruh perairan dangkal Laut Indonesia yang mempunyai rataan terumbu karang. Sedangkan sebaran rumput laut komersial  yang dibudidayakan hanya terbatas jenis  Eucheuma  dan Glacelaria.  Jenis Eucheuma dibudidayakan di laut agak jauh dari sumber air tawar, sedang  Glacelaria  dapat dibudidayakan dilaut dekat dengan muara sungai karena untuk jenis ini salinitas yang sesuai berkisar antara 15 – 25 per mil.   Lokasi budidaya Eucheuma  tersebar diperairan pantai di beberapa Kepulauan Riau,Bangka Belitung,Lampug selatan, Pulau Panjang (Banten) Pulau Seribu, Karimun Jawa ( Jawa tengah) Selatan Madura,Nusa dua,Nusa Lembongan dan Nusa Penida (Bali) , Lombok barat,Lombok tengah  (Teluk Ekas) Sumbawa,Larantuka Teluk Maoumere, Sumba,Alor,Kupang, P Rote,Sulawesi utara,  Gorontalo,Bualemo,Bone Bolango, Samaringa (Sulawesi tengah) Sulawesi tenggara, Jeneponto, Takalar,Selayar, Sinjai dan Pangkep ( Sulawesi selatan); Seram Ambon, dan Aru (Maluku), Biak serta Sorong.Sementara untuk budidaya Glacelaria dalam tambak tersebar luas di daerah daerah serang (Banten) Pantai Utara Jawa  (Bekasi,Karawang,Subang Cirebon,Indramayu  Pemalang, Brebes,   dan Tegal). Sebagian pantai utara Jawa timur ( Lamongan dan Sidoarjo) untuk daerah di luar pulau Jawa hampir di semua perairan tambak Sulawesi selatan dan Lombok barat serta Sumbawa.
RUMPUT LAUT BERNILAI EKONOMIS                                         
KELAS
JENIS RUMPUT LAUT
KANDUNGAN
RHODOPHYCEAE   
1.Eucheuma cottonii  
KARAGINAN

2. Eucheuma spinosum

3. Hypnea sp
RHODOPHYCEAE
1. Gracilaria verrucossa
AGAR

2. Gracilaria gigas

3.Gelidium sp.
PHAEOPHYCEAE    
Sargassum sp.
ALGINAT

Klasifikasi Rumput Laut Komersial dan Produk Olahannya
a. Euecheuma 
    Divisio         :   Rhodophyta
    Kelas           :   Rhodophyceae
    Bangsa        :  Gigartinales
    Suku            :   Solierisceae
    Marga          :   Euecheuma
   Jenis             : E. spinosum dan E cottonii
Nama  untuk jenis  ini  nama dagangnya lebih dikenal adalah  E.cottonii  , ciri cirinya  Yaitu thalus silindris, permukaan yang licin, cartilageneus      (menyerupai tulang rawan/muda), berwarna hijau terang, hijau olive dan coklat kemerahaan. Percabangan thallus berujung runcing atau tumpul,ditumbui  nodulus (tonjolan tonjolan), duri lunak tumpul untuk melindungi gametangia. Percabangan bersifat alternates ( selang seling), tidak beraturan, serta dapat bersifat dichotomus (percabangan dua dua), atau trichotomus (system percabangan tiga tiga).   Habitat rumput laut ini memerlukan sinar matahari untuk proses foto sintesis. Oleh karena itu rumput laut ini hanya hidup didaerah lapisan fotik, yaitu kedalaman sejauh sinar matahari masih dapat menembus kedalaman air. Di alam jenis ini hidup berkumpul dalam satu komunitas atau koloni dan indikator jenisnya hidup di rataan terumbu karang dangkan sampai kedalaman 6 m, melekat di batu karang atau benda keras lainnya.  Faktor yang sangat berpengaruh pada pertumbuhan jenis ini yaitu cukup arus deras dengan salinitas (kadar garam) yang stabil yaitu berkisar 28 -34 per mil. Oleh karena itu rumput laut ini baik jika tumbuh jauh dari muara sungai.
b. Hypnea sp 
    Divisio      : Rhodophyta     
    Kelas        : Rhodophyceae
    Bangsa     : Gigartinales
    Suku         : Hypneaceae
    Marga       :  Hypnea
    Jenis         : Hypnea sp

c. Glacelaria
    Divisio      : Rhodophyta                 
    Kelas        : Rhodophyceae
    Bangsa     : Gigartinales
Suku         : Glacelariaeceae
    Marga       :  Glacelaria
    Jenis         : Glacelaria gigas 
                       Glacelaria verrucosa
                       Glacelaria lichenoides
Habitat rumput laut jenis ini pada umumnya dapat hidup sampai 300 –
1000 m dari pantai, salinitas air berkisar 15 – 30 per mil dengan suhu air
berkisar antara 20 -28 ◦C kedalaman air 0.5 – 1 m dengan kondisi air jernih
sehingga sinar matahari mampu menembus ke dalam air. Oleh karenanya
jenis rumput laut ini sebaiknya dekat dengan muara sungai.
d. Gelidium 
    Divisio      : Rhodophyta
    Kelas        : Rhodophyceae
    Bangsa     : Gilidiales
    Suku         : Gelidiaceace
    Marga       :  Gelidium
    Jenis         : Gelidium sp
e. Sargassum 
    Divisio      : Rhodophyta     
    Kelas        : Phaeophyceae
    Bangsa     : Fucales
    Suku         : Sargassacaceae
    Marga       : Sargassum
    Jenis         : Sargassum polyfolium
Rumput laut coklat jenis  Sargassum  adalah rumput laut yang mempunyai cabang seperti jari, dan merupakan tanaman yang berwarna coklat, berukuran relatif  besat, tumbuh dan berkembang pada substrat dasar yang kuat. Bagian tanaman menyerupai semak yang  berbentuk simetris bilateral atau radikal serta dilengkapi dengan bagian bagian untuk pertumbuhan ( Atmadja et al, 1996)
        Thalus berbentuk silindris atau gepeng percabangannya menyerupai tanaman perdu di darat, daun melebar, lonjong atau seperti pedang, mempunyai gelembung udara (  bladder), umumnya hidup soliter dan panjangnya dapat mencapai 7 m. Rumput laut ini tumbuh di perairan yang terlindung ataupun dapat juga diperairan yang berombak besar pada habitat berkarang, atau pada bongkahan karang  (Kadi dan Atmaja, 1988).  Di perairan Indonesia terdapat 28 spesies yang berasal dari 6 genus.